kebijakan Thomas Stamford Raffles

Kebijakan Thomas Stamford Raffles di Hindia Belanda telah menjadi titik balik penting dalam sejarah Indonesia. Sebagai seorang administrator kolonial Inggris yang berpengaruh, Raffles mengimplementasikan serangkaian kebijakan yang membawa perubahan besar dalam bidang pemerintahan, ekonomi, dan ilmu pengetahuan di wilayah ini. 

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi perjalanan kebijakan Thomas Stamford Raffles yang mempengaruhi Hindia Belanda pada saat itu, dan melihat bagaimana kontribusinya membentuk masa depan negara ini.

Kebijakan Thomas Stamford Raffles di Bidang Pemerintahan

Salah satu kebijakan utama Raffles adalah memperkenalkan sistem pemerintahan modern di Hindia Belanda. Ia memisahkan wilayah menjadi beberapa kabupaten yang dikepalai oleh seorang bupati.

Selain itu, Raffles juga menghapuskan sistem monopoli perdagangan yang diberlakukan oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) sebelumnya. Hal ini memberikan kesempatan bagi pedagang lokal untuk berpartisipasi dalam perdagangan internasional.

1. Pemekaran Wilayah

Raffles membagi Jawa menjadi 16 karesidenan yang selanjutnya dibagi menjadi beberapa distrik. Pemekaran wilayah ini bertujuan untuk memudahkan pengawasan dan administrasi pemerintahan di tingkat lokal.

2. Penggantian Sistem Pemerintahan

Raffles mengubah sistem pemerintahan feodal yang selama ini digunakan oleh masyarakat pribumi menjadi sistem pemerintahan kolonial yang didasarkan pada prinsip-prinsip barat. Hal ini berarti para penguasa pribumi, seperti bupati, kehilangan kekuasaan politik yang mereka miliki sebelumnya.

3. Peran Bupati sebagai Pegawai Pemerintah

Sebagai konsekuensi dari pengubahan sistem pemerintahan, para bupati tidak lagi dianggap sebagai pemimpin politik yang independen. Mereka menjadi pegawai pemerintahan kolonial dan tunduk pada kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah kolonial Inggris.

Kebijakan Thomas Stamford Raffles di Bidang Ekonomi

Raffles sangat percaya pada potensi ekonomi Hindia Belanda. Ia memperkenalkan kebijakan liberal dalam perdagangan, yang membuka peluang bagi pedagang lokal dan asing untuk berinvestasi di wilayah ini. 

Selain itu, ia juga mempromosikan pertanian dan perkebunan dengan memberikan insentif kepada para petani. Hal ini mendorong peningkatan produksi dan ekspor komoditas seperti kopi, teh, dan rempah-rempah.

1. Sistem Sewa Tanah

Raffles memandang pemerintah sebagai satu-satunya pemilik tanah yang sah. Petani Jawa dianggap sebagai penyewa yang membayar pajak sewa tanah dari hasil pertanian mereka.

2. Pajak yang Disesuaikan

Jumlah pajak ditentukan berdasarkan jenis dan produktivitas tanah. Pajak yang dibebankan pada hasil sawah dan tegalan kelas satu lebih tinggi daripada kelas lainnya. Pajak dapat dibayarkan dalam bentuk uang atau beras.

3. Penghapusan Penyerahan Wajib Hasil Bumi dan Perbudakan

Raffles menghapus kewajiban penyerahan hasil pertanian dan melarang praktik perbudakan. Ia mendirikan Java Benevolent Society sebagai wadah bagi para penentang perbudakan.

4. Penghapusan Kerja Paksa (Rodi) dan Sistem Monopoli

Raffles menghapus kerja paksa dan sistem monopoli. Ia meyakini bahwa keuntungan akan meningkat jika tidak ada paksaan atau kekerasan, karena rakyat akan lebih produktif.

5. Peletakan Desa sebagai Unit Administrasi

Raffles mengatur desa sebagai unit administrasi yang terbuka, dengan harapan dapat mendorong perkembangan desa. Jika desa berkembang, produksi akan meningkat, kondisi hidup rakyat membaik, dan pendapatan dari pajak tanah juga meningkat.

Kontribusi di Bidang Ilmu Pengetahuan

Selain bidang pemerintahan dan ekonomi, Raffles juga memberikan kontribusi yang signifikan di bidang ilmu pengetahuan. Ia sangat tertarik dengan flora dan fauna Indonesia, sehingga ia mengumpulkan berbagai spesimen yang kemudian menjadi koleksi penting dalam ilmu pengetahuan alam. 

Berikut beberapa kebijakan Thomas Stamford Raffles di Indonesia dalam bidang ilmu pengetahuan. 

1. Penulisan Buku “The History of Java”

Raffles menulis buku yang berjudul “The History of Java” pada tahun 1817. Buku ini memberikan gambaran yang mendalam tentang sejarah, kebudayaan, dan geografi pulau Jawa. 

Buku tersebut menjadi referensi penting bagi para peneliti dan sejarawan hingga saat ini, serta memberikan pemahaman yang lebih baik tentang warisan budaya Indonesia.

2. Bantuan Penelitian untuk John Crawfurd

Raffles memberikan dukungan penelitian kepada John Crawfurd, seorang pegawai pemerintah Inggris yang ditugaskan di Hindia Belanda. Raffles membantu Crawfurd dalam menyelesaikan tulisannya yang berjudul “History of the Indian Archipelago”. 

Bantuan ini berkontribusi pada pemahaman kita tentang sejarah dan budaya wilayah kepulauan Indonesia.

3. Dukungan terhadap Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen

Raffles mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dengan mendukung Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Society of Arts and Sciences of Batavia). Organisasi ini didirikan pada tahun 1868 dan menjadi tempat bagi para peneliti, ilmuwan, dan intelektual untuk berbagi pengetahuan dan penelitian mereka. 

Raffles memberikan dukungan finansial dan mendukung upaya penelitian serta pemugaran koleksi mereka.

4. Inisiasi Penemuan Candi Borobudur

Salah satu kontribusi penting Raffles di bidang ilmu pengetahuan adalah inisiasi penemuan Candi Borobudur. Pada tahun 1814, Raffles menerima laporan tentang adanya bangunan monumental yang tertutup vegetasi di Jawa Tengah. 

Ia tertarik dengan temuan tersebut dan mengirim ekspedisi untuk mengungkap keberadaan Candi Borobudur. Penemuan ini membuka pintu bagi penelitian dan pemahaman yang lebih mendalam tentang kejayaan budaya Jawa kuno.

Kegagalan Raffles

Thomas Stamford Raffles mengalami kegagalan dalam kebijakannya di Hindia Belanda. Meskipun memiliki niat baik untuk memperbaiki tanah jajahan dan meningkatkan kemakmuran rakyat, ada beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan tersebut:

1. Sulit Mengubah Budaya Petani

Budaya dan kebiasaan petani sulit diubah, pengawasan pemerintah kurang, dan peran kepala desa serta bupati lebih kuat daripada asisten residen Eropa. Petani lebih menghormati Raja-raja Jawa atau para bupati daripada pegawai Eropa.

2. Penyelewengan dalam Pemungutan Pajak

Banyak kepala desa yang menyalahgunakan posisi mereka sebagai pemungut pajak, menipu masyarakat dengan membebankan pungutan yang tidak sesuai. Hal ini memperburuk keadaan masyarakat dan bertentangan dengan harapan Raffles.

3. Kebijakan Penghapusan Budak yang Tidak Konsisten

Meskipun Raffles mengeluarkan kebijakan untuk menghapus kerja paksa, perbudakan, dan monopoli, implementasinya tidak berhasil. Raffles masih menggunakan kerja paksa dalam pembuatan jalan dan jembatan, serta tetap menjalankan monopoli garam melalui perusahaan negara.

4. Keberadaan Budak di Tempat Tinggal Raffles

Raffles sendiri memiliki delapan budak di tempat tinggalnya di Buitenzorg (Bogor). Selain itu, ia juga mengirim ribuan budak dari Jawa ke Banjarmasin atas permintaan seorang temannya.

Kegagalan ini menunjukkan bahwa kebijakan Raffles tidak sepenuhnya berhasil dalam mencapai tujuan-tujuannya dan menghadapi berbagai kendala serta ketidakstabilan.

Akhir Pemerintahan Raffles

Kehadiran Thomas Stamford Raffles sebagai Letnan Gubernur di Hindia Belanda berlangsung singkat. Lord Minto menunjuknya tanpa persetujuan Dewan Direksi (EIC) dan saat jabatan Lord Minto berakhir, Lord Moira tidak berminat mempertahankan Raffles. 

Kebijakan Raffles dianggap memberikan sedikit keuntungan bagi pemerintah kolonial dan hanya membebani anggaran pusat. Dewan Direksi ingin serah terima tugas segera dilakukan.

What is your return policy?

You have 1 week to return your items

My Accordion

My Content

Pertanyaan Seputar Kebijakan Thomas Stamford Raffles

Apa saja kebijakan Raffles di bidang ekonomi?

Kebijakan sosial ekonomi Raffles mencakup langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, ia memperkenalkan sistem sewa tanah (land rent), di mana pemerintah dianggap sebagai pemilik tanah dan petani sebagai penggarapnya. Dalam sistem ini, petani membayar sewa kepada pemerintah atas penggunaan tanah. Selain itu, Raffles juga mengenalkan sistem pembayaran pajak dalam bentuk uang kepada pemerintah.

Siapa Thomas Stamford Raffles itu?

Thomas Stamford Bingley Raffles dilahirkan di Jamaica pada tanggal 6 Juli 1781 dan meninggal di London, Inggris pada tanggal 5 Juli 1826 pada usia 44 tahun. Ia dikenal sebagai Letnan Gubernur Hindia Belanda yang juga merupakan pendiri negara kota Singapura.